Jatuh
cintalah.. sampai kita benar-benar terjatuh.
google.com
Hari
ini aku merasakan keajaiaban, keajaiban satu perasaan yang tergubah dari dinginnya hujan semalam menjadi pagi berembun berbau basah, menggoda merayu langit tersipu. hati ku pun dirundung malu tapi mau.
Sementara
itu, sesuatu di balik dadaku bergejolak. Degupannya lebih terasa, tidak seperti biasanya. Setiap aliran
darah mengalir deras, berhias senyum merkah yang sama sekali aku tidak dapat
menahannya. "senyum-senyum sendiri" bagai gadis belia yang terkena sihir asmara.
Mungkin aku sedang terjebak pada sebuah kata; kata tentang cinta semalam, yang
selalu aku kagumi penulisnya, kata syair pujangga yang selalu aku rindukan
pelantunnya. Dan kata itulah yang mengantar ku pada keajaiban yang tengah
merasup jiwa bagai nada-nada cinta yang berirama manja.
Aku
tak mampu mengisyartkan ini lebih jauh. Aku temukan diriku ada di dalam dirinya. Setiap hembusan nafasku tak luput bayang-bayang wajahnya. Yah, hanya sebatas
bayang-bayang yang sampai saat ini, aku belum merasakan lembut atau tajamkah
tatapan matanya.
Sampai saat ini, aku belum pernah merasakan kulit ariku
bersentuhan dengan jari jemarinya. Tapi apa daya.. ia begitu lancang, menyentuh hati ku
yang sedang bermetamorfosa setelah kegagalan yang sempat nyata ada.
Sudah lama Aku mencari dia
yang lihai merangkai sajak kata, namun dia datang melebihi pujangga yang pandai
merangkai retorika cinta.
Waktu telah berlalu tapi aku hanya mencari bahagia itu, mencari-cari
apapun yang dapat dirasionalkan oleh para penikmat dunia. Tapi dia datang tidak
lebih hanya sebagai tempat kosong, yang begitu pas untuk aku masuk di dalamnya.
Begitu menenangkan, menyenangkan walau tak kasat mata.
Biarlah.. tanpa ku
dapatkan legitimasi dari pencari duniawi, asal mampu memahami kalimat idiomnya
dengan seksama, aku sudah menemukan bahagia, definisi bahagia yang harusnya
dari awal aku pahami.
Sudah lama, aku
menunggu.. canda, tawa dan warna untuk menggantikan luka, tangis dan gelap ku. Entah kebetulan atau tidak, kau bagaikan jawaban atas penantian ku.
Menunggu mu, menunggu janji itu di sini, di tempat ini tanpa tersentuh oleh mu adalah
suatu kehormatan bagiku.
Mungkinkah tuhan akan mengizinkan hari-hari ku selalu ditemani oleh
mu?
Apakah tuhan akan
mengizinkan, jika semangat ku semakin bertambah seiring ku dengar sajak-sajak yang telah kau rangkai, tepat di hati yang haus motivasi ini?
Aku sangat menunggu
jawaban itu, oh bukan, bukan dengan menunngu secara pasif, tapi aku yang akan segera menjemputnya, mengantongi restu Tuhan
pada hari-hari berikutnya..