Sabtu, 05 Maret 2016

Jatuh cintalah.. sampai kita benar-benar terjatuh.


Image result for gambar jatuh cinta
google.com

Hari ini aku merasakan keajaiaban, keajaiban satu perasaan yang tergubah dari dinginnya hujan semalam menjadi pagi berembun berbau basah, menggoda merayu langit tersipu. hati ku pun dirundung malu tapi mau.

Sementara itu, sesuatu di balik dadaku bergejolak. Degupannya lebih terasa, tidak seperti biasanya. Setiap aliran darah mengalir deras, berhias senyum merkah yang sama sekali aku tidak dapat menahannya. "senyum-senyum sendiri" bagai gadis belia yang terkena sihir asmara.

Mungkin aku sedang terjebak pada sebuah kata; kata tentang cinta semalam, yang selalu aku kagumi penulisnya, kata syair pujangga yang selalu aku rindukan pelantunnya. Dan kata itulah yang mengantar ku pada keajaiban yang tengah merasup jiwa bagai nada-nada cinta yang berirama manja.

Aku tak mampu mengisyartkan ini lebih jauh. Aku temukan diriku ada di dalam dirinya. Setiap hembusan nafasku tak luput bayang-bayang wajahnya. Yah, hanya sebatas bayang-bayang yang sampai saat ini, aku belum merasakan lembut atau tajamkah tatapan matanya. 

Sampai saat ini, aku belum pernah merasakan kulit ariku bersentuhan dengan jari jemarinya. Tapi apa daya.. ia begitu lancang, menyentuh hati ku yang sedang bermetamorfosa setelah kegagalan yang sempat nyata ada.

Sudah lama Aku mencari dia yang lihai merangkai sajak kata, namun dia datang melebihi pujangga yang pandai merangkai retorika cinta.

Waktu telah berlalu tapi aku hanya mencari bahagia itu, mencari-cari apapun yang dapat dirasionalkan oleh para penikmat dunia. Tapi dia datang tidak lebih hanya sebagai tempat kosong, yang begitu pas untuk aku masuk di dalamnya. Begitu menenangkan, menyenangkan walau tak kasat mata.

Biarlah.. tanpa ku dapatkan legitimasi dari pencari duniawi, asal mampu memahami kalimat idiomnya dengan seksama, aku sudah menemukan bahagia, definisi bahagia yang harusnya dari awal aku pahami. 

Sudah lama, aku menunggu.. canda, tawa dan warna untuk menggantikan luka, tangis dan gelap ku. Entah kebetulan atau tidak, kau bagaikan jawaban atas penantian ku.
Menunggu mu, menunggu janji itu di sini, di tempat ini tanpa tersentuh oleh mu adalah suatu kehormatan bagiku.

      Mungkinkah tuhan akan mengizinkan hari-hari ku selalu ditemani oleh mu?

Apakah tuhan akan mengizinkan, jika semangat ku semakin bertambah seiring ku dengar sajak-sajak yang telah kau rangkai, tepat di hati yang haus motivasi ini?


Aku sangat menunggu jawaban itu, oh bukan, bukan dengan menunngu secara pasif, tapi aku yang akan segera menjemputnya, mengantongi restu Tuhan pada hari-hari berikutnya..