Tradisi merupakan gambaran dan kebiasaan
sikap perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama yang dilaksanakan
secara turun temurun dari nenek moyang kita. Tradisi dipengaruhi oleh
kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu hingga menjadi
kebiasaan, dari kebiasaan tersebut terbentuk suatu kelompok yang akhirnya
menjadi kebudayaan di masyarakat itu sendiri. Kebudayaan berasal dari kata
culture (bahasa belanda) = culture (bahasa inggris) berasal dari kata latin
“corele” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyebutkan dan mengembangkan.
Dari segi arti ini berkembanglah dari kultur sebagai “segala daya aktifitas
manusia untuk memngolah dan mengubah suatu yang ada di alam”. Dilihat dari
sudut bahasa indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sanksakerta “buddhaya”
yang bentuk jamak dari budi yang berarti akal. Pendapat lain mengatakan, bahwa
“budaya” adalah suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti
daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta karsa dan rasa, dan kebudayaan
hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.(Widago,2003:18)
Adanya
tradisi keagamaan sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati
(superanaural) ternyata akan
menyertai manusia dalam ruang lingkup
kehidupan yang luas. Agama memiliki
nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang perorang atau hubungannya
dalam masrakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan
sehari-sehari. Dengan demikian secara psokologis agama dapat berfungsi sebagai
motif intrinsic (dalam diri) yang berguna di antaranya untuk terapi mental dan
ekstrinsik (luar diri) dalam rangka menangkis bahaya negative arus global. Dan
motif yang didorong keyakinan beragama di nilai
memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit di tandingi oleh keyakinan non agama. Sedangkan budaya keagamaan yang terdapat di tambak wedi masih terdiri dari banyak
kegiatan, baik itu rutinan mingguan, bulanan dan tahunan.
Keyakinan yang telah dianut Masyarakat Tambak Wedi sejak
dahulu hampir 90% memeluk agama islam. Kelurahan Tambak wedi merupakan salah
satu kelurahan yang ada di kecamatan Kenjeran yang terdiri dari :
Kelurahan Tambak Wedi, Kelurahan Tanah Kali kedinding, Kelurahan Bulak Banteng
dan Kelurahan Sidotopo wetan. Mayoritas penduduk di kecamatan kenjeran beragama
Islam karena terdapat Pondok Pesantren Al-Fitrah di Kedinding Lor.Penduduk di
kecamatan Kenjeran Mayoritas Suku Jawa dan Madura karena di daerah Bulak
Banteng dan Tambak Wedi Memakai Logat Madura. Di Sebelah Utara Kecamatan
Kenjeran Terdapat Jembatan SURAMADU Yang Menghubungkan Surabaya Dan Madura yang
terletak di kelurahan Tambak Wedi,Kecamatan Kenjeran Di Sisi Surabaya.
Kelurahan Tambak Wedi,Kecamatan Kenjeran
terdiri dari 4 RW dan 46 RT. Dengan jumlah penduduk sekitar 44,762 Jiwa dengan
rincian penduduk laki-laki 21,626 jiwa
dan penduduk perempuan 23,136 jiwa dan sekitar 13,348 KK. Dari setiap RW
terdapat perbedaan mata pencaharian yang mencolok, antara lain RW1 dan 2
masyarakat dominan bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional, sedangkan
RW 3 dan 4 dominan dihuni oleh penduduk pendatang yang bermata pencaharian
sebagai PNS, karyawan pabrik, pedagang dll. Hampir 30% penduduk berada di
kondisi menengah ke bawah.
Ditengah gerak perubahan zaman yang
menyentuh semua aspek kehidupan, kadar keyakinan masyarakat terhadap
nilai-nilai agama memudar, bergeser menuju arah semi beriman. Perubahan sosial
yang terjadi tergantung dari masing-masing individu, ada yang merespon negatif
dan ada juga yang merespon positif. Pada masyarakat tradisional atau masyarakat
desa, umumnya unsur budaya yang membawa perubahan
sosial
budaya dan mudah diterima masyarakat apabila unsur kebudayaan tersebut membawa
manfaat yang besar bagi masyarakat.
Tradisi agama merupakan
pedoman bagi masyarakat, maka dalam masyarakat pemeluk agama
perangkat-perangakat yang berlaku umum dan menyeluruh sebagai norma-norma dan nilai –
nilai kehidupan akan cenderung meningkatkan integritas dan
solidaritas masyarakat.
Dengan adanya tradisi keagamaan akan mempengarui
tentang perilaku seseorang/kelompok
dalam menjalani kehidupan
sehari-harinya, termasuk dalam hal hubungan solidaritas masyarakat.
Sehingga bagaimana suatu kegiatan keagamaan dapat meningkatkan solidaritas
sosial masyarakat, menjadi fokus kajian penelitian oleh peneliti.
Dengan demikian, hubungan antara tradisi
keagamaan dengan solidaritas terjalin
sebagai hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi keagamaan dalam suatu
masyarakat akan makin terlihat peran
yang dominan pengaruhnya dalam kebudayaan. Sebaliknya makin sekulernya suatu
masyarakat maka pengaruh tradisi keagamaan dalam kehidupan masyarakat akan
memudar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar